teroueskan membina tabijah islamijah ini sesoai dengan peladjaran yang koe berikan(syekh sulaiman ar-rasully)

Sunday, February 25, 2007

KULTUR KAPITALISME DALAM PERSYARATAN PEKERJAAN

KULTUR KAPITALISME DALAM PERSYARATAN PEKERJAAN

Oleh : Muhammad Sholihin*

Kapitalisme Ibarat Udara yang senangtiasa mengalir dalam nadi setiap kultur dan prilaku manusia.

A. kapitalisme dan pergeseran budaya lokal

kapitalisme adalah sebuah sistem yang digerakan oleh prinsip Profit Oriented, sehingga setiap jiwa yang menganut prinsip ini secara alamiah telah menjadi patron klien bagi perkembangan ideology kapitalisme.

Seiring mengelindingnya isu-isu open market maka secara fisik kapitalisme telah mengalami usia yang lansia dan dogma-dogma yang diajarkan oleh kapitalisme secara progresif telah menyentuh semua lapisan sosial dan semua praxis kebudayaan, politik dan ekonomi.

Bahkan lebih ekstrim Noreena Herzt menyatakan “ negara telah dirampok oleh kapitalisme dan otoritas negara telah digantikan oleh otoritas karporat-karporat.”

Dalam praxis kebudayaan domestik, ide-ide kapitalisme lebih cenderung dipraktekkan. Hal ini dapat kita lihat dari prinsip dan moral sebagian masyarakat dalam melakukan tindakan sosial, politik dan ekonomi dan secara implisit moral yang mengerakkan mereka tidak lepas dari moral-moral yang diajarkan oleh kapitalisme.

Kapitalisme dalam era global telah menjadi sebuah maenstream dalam setiap mekanisasi kehidupan, arti dari semua ini ialah kapitalisme telah merekonstruksi setiap kultur domestik, proses ini dikenal dengan sebutan digitalisasi kultur.

Kultur yang ada sekarang merupakan rekayasa kapitalisme sehingga terjadilah pergeseran fungsi dan posisi kultur lokal. Kultur yang dipraktekan sekarang tidak lagi murni sebagai sebuah kultur yang luhur tetapi tidak lebih sebuah simbol yang didalamnya dipenuhi belatung kapitalisme.

B. Dari Ideologi kapitalisme Ke Kultural

Ideology adalah seperangkat sistem kepercayan yang mengakomodir dan mengatur prilaku msyarakat. Ideology lahir dari sebuah ide yang dikonstruksi oleh bahasa sehingga menjadi sebuah sistem yang mengakar dan mejadi patron bahkan mekanik bagi setiap tindakan.

Kapitalisme pada awal tak lebih hanya sebagai sebuah sistem ekonomi dan berisikan ajaran-ajaran ekonomi an sich dan secara aktual lepas dari dogma-dogma politik. Namun seiring perkembangan zaman dan benturan antar isme-isme di dalam sejarah, maka kapitalisme lahir sebagai pemenang isme tunggal di dunia . Akhir dari ini lahirlah sakralisasi kapitalisme. Pada fase-fase berikutnya kapitalisme dijadikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur gerak lajunya dunia.

Ajaran-ajaran kapitalisme dipraktekkan sebagai ideologi kultural yang senantiasa mengalir didalam prilaku manusia baik dalam apsek politik, sosial dan terutama dalam bidang ekonomi.

Perkembangan Kapitalisme secara massif telah menyentuh semua lapisan masyarakat tak ada yang luput dari sangkar besi yang diciptakan oleh kapitalisme. Kapitalisme begitu mudah diterima sebagai kultur lewat pendewaan jargon self interest ( kepetingan diri ), sehingga idividualistik menjadi prinsip yang menglobal.

C. Meneropong Kultur Kapitalis Dalam Persyaratan Pekerjaan

Dunia telah disibukkan dengan self interest dan profit oriented, sehingga terjadilah dehumanisasi dan demarkasi antar satu kelompok dengan kelompok lain yang berdasarkan metode digital kultural. Era modern merupakan era yang irrasional, karena banyak kultur dan prilaku manusia yang tidak logis berdasarkan nurani. Dalam hal ekonomi kultur kapitalisme telah menciptakan parade penganguran abadi.

Penganguran dan kemiskinan merupakan sesuatu keniscayaan dari digitalisasi kultur oleh kapitalis, sehingga yang ada adalah hanyalah pengguran yang abadi. Pengguran tidak hanya terjadi disebabkan proses yang alamiah, tetapi ada fakta sosial yang menyebabkan terjadinya pengaguran. Penganguran ini disebut dengan penganguran struktural.

Secara teoritis Penganguran tercipta karena inflasi, faktor alam . Namun ada juga penganguran yang disebabkan oleh digitalisasi kultural. Secara aktual pengaguran yang tercipta lewat proses ini lebih berbahaya dari pada penganguran yang disebabkan faktor alamiah, sebab penganguran digital ini akan meninggalkan depresi phisikis bagi pengaguran itu sendiri.

Digitalisasi kapitalisme dalam pekerjaan dapat kita lihat dari pembuatan syarat-syarat untuk pelamar yang sama sekali tidak masuk akal. Seperti untuk melamar sebuah pekerjaan seseorang harus mempunyai tinggi badan 160 dan mempunyai penampilan yang menarik.

Secara aktual syarat-syarat ini telah menjadi kultur kapitalis untuk meningkatkan profit dengan mengunakan metode body sale. Dengan penampilan menarik diharapkan akan menjadi magnitud bagi komsumen untuk bertransaksi dengan perusahaan mereka. Namun ironis dengan pelembagaan kultur ini ada golongan yang dimarginalkan dan disingkirkan dari kehidupan. Proses ini hanya dilakukan lewat administrasi yang berbaju kapitalis.

Piramida korban yang diciptakan oleh kapitalisme sudah cukup kompleks korban-korban yang lahir dari eksistensi kapitalisme tidak saja muncul dengan violence fisikal ( kekerasab fisik ) namun juga muncul dengan refresif kultural seperti syarat-syarat adminstrasi yang diberlakukan oleh pengusaha.

Gejala digitalisasi kultur kapitalisme ini tidak hanya menjangkiti instasi swasta tetapi juga telah menjangkiti instasi pemerintah. Kausalitas dari gejala ini akan terjadinya patologi sosial disebabkan dekompetitif lewat syarat-syarat pekerjaan yang inmanusiawi. Digitalisasi kultural ini merupakan dehumanisasi atas hak-hak manusia itu sendiri atas hak kehidupan dan pekerjaan yang layak.


* sekretaris FoSSEI Sub Region SUMBAR

No comments: