teroueskan membina tabijah islamijah ini sesoai dengan peladjaran yang koe berikan(syekh sulaiman ar-rasully)

Thursday, July 19, 2007

SAJAK-SAJAK RAHMI FATHIAH

SAJAK-SAJAK RAHMI FATHIAH

BAIT-BAIT

Setiap langkahku yang terpatri di kegetiran waktu

Tetes air mata yang tertuang di pedihku

Tambal-tambal perkasa yang tertutupi qalbu….

Atas sejuta rintih dan pilu…

Mentari ataupun embun

Tak lagi mampu hangatkan dalam jelaga pekat

Atau sejukkan dalam kehausan mencekat

Karna aku semakin tandus dalam kerinduan

Semakin kering di ruang kehampaan

Bagaimana kan ku cabut sejuta duri yang kau hunuskan bersama naifmu

Di puri-puri kebekuanku

Atau ku keringkan lelehan duka

Yang mencekal dalam ragaku

Sedang aku masih terpasung dalam laknat…….

Tertimbun dalam onggokan dosa yang nista

Dan entah sampai kapan jiwa liarku bertahan

Berlutut dalam kegelapan dan bisikan syeitan

Padahal jauh di sudut rapuh qalbuku

Ada sentuhan ilahi yang ekat

Leburkanku dengan cinta yang hangat

Ada bait-bait do’a yang terbata

“Ya Allah….ampunkan dosa-dosa ku”

Candung-Bukit Tinggi 2007

TAUBAT

Waktu ku lalai dan lupa shalat

Ku tahu aku bukan hamba yang suka beribadat

Aku manusia yang slalu dihampiri maksiat

Yang terpedaya dengan kenikmatan sesaat

Dunia hampir kiamat….

Aku sadar aku telah sesat

Ku berdo’a dan meminta rahmat

Tenyata Allah masih bukakan pintu taubat

Dan…aku bertaubat

Tak ku hiraukan lagi rayuan syeitan yang jahat

Tak ku dengarkan godaan iblis yang keparat

Tak ku acuhkan musuh-musuh isam yang laknat

Ku jauhkan diri dari dosa yang berkarat

Seluruh tubuh ku sampai jidat

Bersujud sembah menghadap kiblat

Meresapi firman Allah yang hangat

Sejukkan nurani dengan senandung malaikat

Coba kerjakan yang yang wajib dan sunat

Coba tumbuhkan cinta yang melekat

Ke arah kiblat ku bermunajat

Mengharapkan rahmat dan berkat

Berdo’a kepada sang penguasa dunia akhirat

Agar dunia ini penuh dengan nikmat

Tanpa kemurkaan dan laknat

Rabbi ku….aku bertaubat…..

Pakan Kamih, Candung 2007

BENARKAH

Tuhan…..

Sudah ku rangkum langkahku jadi satu

tuk mencaraimu disahara pegembaraanku

sudah ku Tanya pada negriku

tentang demokrasi dan sumpah suci

tapi tak ada jawaban yang pasti

walaupun aku masih tetap di sini….

Tuhan….

Sudah ku tutup rapat telinga dan mataku tuk temuimu di perjalanan kelelahanku

Tapi mengapa tetap ku lihat dan ku dengar

Raung-raung si miskin dalam kelaparan

Bahak-bahak penguasa dalam kepuasan

Mengapa tetap ada air mata dalam rintihan kemerdekaan

Padahal republik ini seutuhnya miliki kita

Ataukah…kan tergadai keyakinan

Dalam perniagaan tanpa harga

Karena penikmat kemerdekaan terlalu foya

Terlalu lupa….dan terlalu durhaka…..

Tuhan….

Kami adalah pemakai lusuh yang hidup dalam keibaan

Kami adalah luka..

Yang menganga dalam kebebasan

Kami adalah teriakan-teriakan hina

Yang tercampak dalam perubahan

Yang senantiasa tadahkan tangan

Mengharap keharibaan Mu…

Kami adalah bagian dari republik ini

Yang selalu bertanya…

Benarkah Indonesia merdeka….

Candung, 2007

BAGIAN DARI WAKTU

Waktu adalah kesempurnaan

Yang ajarkan manusia betapa durjananya kehidupan…..

Waktu adalah titik-titik hitam…..

Yang melukiskan benci dalam jerat perbedaan

Dan rasaku adalah bagian dari waktu..

Yang ajarkanku tersenyum ketika kau lenyap dari ciptaku,..

Karena memang ini kenyataan…

Dan kau satu serpih dari sekian serpih yang ku buang..

Kau tahu…ada sebongkah harapan di sini..

Dalam setiap langkah yang terpatri di kebosanan

Harapan tentang….

Cahaya itu agar papahku menuju ketegaran

Karena di sudut lemah rapuhku

Ada secercah asa yang tak terkata…

Di atas pijar yang kian membeku

Ada seberkas sinar yang membayang semu..

Di antara langit yang nyaris kelabu

Lalu ajarkan ku…

Bahwa aku… dan perbedaan itu

Adalah bagian dari waktu…

Candung, 2007

RAMHI FATHIAH adalah santri kelas VI (Enam) dari pesantren yang di dirikan oleh Inyiak Candung (MTI CANDUNG) dan saat ini masih mengasah diri untuk tetap berkarya dan menghabiskan waktunya merenungkan apa yang pantas di ekspresikan melalui kata-kata. Masih terbilang tanggung bagi seorang Rahmi untuk menguluti fenomena politik, kehidupan dan ekspresi rohani, tetapi melalui karyanya ini--beliau sanggup mendefenisikan dirinya sebagai pembangkang terhadap penyimpangan yang terjadi. Sajak-sajaknya ini tergolong populis dengan hujaman kata-kata yang lugas membuat realitas yang disunguhkannya hidup dan bergerak.

No comments: