SAJAK-SAJAK RAHMI FATHIAH
BAIT-BAIT
Tetes air mata yang tertuang di pedihku
Tambal-tambal perkasa yang tertutupi qalbu….
Mentari ataupun embun
Tak lagi mampu hangatkan dalam jelaga pekat
Atau sejukkan dalam kehausan mencekat
Karna aku semakin tandus dalam kerinduan
Semakin kering di ruang kehampaan
Bagaimana kan ku cabut sejuta duri yang kau hunuskan bersama naifmu
Di puri-puri kebekuanku
Atau ku keringkan lelehan duka
Yang mencekal dalam ragaku
Tertimbun dalam onggokan dosa yang nista
Dan entah sampai kapan jiwa liarku bertahan
Berlutut dalam kegelapan dan bisikan syeitan
Padahal jauh di sudut rapuh qalbuku
Ada sentuhan ilahi yang ekat
Leburkanku dengan cinta yang hangat
Ada bait-bait do’a yang terbata
“Ya Allah….ampunkan dosa-dosa ku”
Candung-Bukit Tinggi 2007
TAUBAT
Waktu ku lalai dan lupa shalat
Ku tahu aku bukan hamba yang suka beribadat
Aku manusia yang slalu dihampiri maksiat
Yang terpedaya dengan kenikmatan sesaat
Dunia hampir kiamat….
Aku sadar aku telah sesat
Ku berdo’a dan meminta rahmat
Tenyata Allah masih bukakan pintu taubat
Dan…aku bertaubat
Tak ku hiraukan lagi rayuan syeitan yang jahat
Tak ku dengarkan godaan iblis yang keparat
Tak ku acuhkan musuh-musuh isam yang laknat
Ku jauhkan diri dari dosa yang berkarat
Seluruh tubuh ku sampai jidat
Bersujud sembah menghadap kiblat
Meresapi firman Allah yang hangat
Sejukkan nurani dengan senandung malaikat
Coba kerjakan yang yang wajib dan sunat
Coba tumbuhkan cinta yang melekat
Ke arah kiblat ku bermunajat
Mengharapkan rahmat dan berkat
Berdo’a kepada sang penguasa dunia akhirat
Agar dunia ini penuh dengan nikmat
Tanpa kemurkaan dan laknat
Rabbi ku….aku bertaubat…..
Pakan Kamih, Candung 2007
BENARKAH
Tuhan…..
Sudah ku rangkum langkahku jadi satu
tuk mencaraimu disahara pegembaraanku
sudah ku Tanya pada negriku
tentang demokrasi dan sumpah suci
tapi tak ada jawaban yang pasti
walaupun aku masih tetap di sini….
Tuhan….
Sudah ku tutup rapat telinga dan mataku tuk temuimu di perjalanan kelelahanku
Tapi mengapa tetap ku lihat dan ku dengar
Raung-raung si miskin dalam kelaparan
Bahak-bahak penguasa dalam kepuasan
Mengapa tetap ada air mata dalam rintihan kemerdekaan
Padahal republik ini seutuhnya miliki kita
Ataukah…kan tergadai keyakinan
Dalam perniagaan tanpa harga
Karena penikmat kemerdekaan terlalu foya
Terlalu lupa….dan terlalu durhaka…..
Tuhan….
Kami adalah pemakai lusuh yang hidup dalam keibaan
Kami adalah luka..
Yang menganga dalam kebebasan
Kami adalah teriakan-teriakan hina
Yang tercampak dalam perubahan
Yang senantiasa tadahkan tangan
Mengharap keharibaan Mu…
Kami adalah bagian dari republik ini
Yang selalu bertanya…
Benarkah Indonesia merdeka….
Candung, 2007
BAGIAN DARI WAKTU
Waktu adalah kesempurnaan
Yang ajarkan manusia betapa durjananya kehidupan…..
Waktu adalah titik-titik hitam…..
Yang melukiskan benci dalam jerat perbedaan
Dan rasaku adalah bagian dari waktu..
Yang ajarkanku tersenyum ketika kau lenyap dari ciptaku,..
Karena memang ini kenyataan…
Dan kau satu serpih dari sekian serpih yang ku buang..
Kau tahu…ada sebongkah harapan di sini..
Dalam setiap langkah yang terpatri di kebosanan
Harapan tentang….
Cahaya itu agar papahku menuju ketegaran
Karena di sudut lemah rapuhku
Ada secercah asa yang tak terkata…
Di atas pijar yang kian membeku
Ada seberkas sinar yang membayang semu..
Di antara langit yang nyaris kelabu
Lalu ajarkan ku…
Bahwa aku… dan perbedaan itu
Adalah bagian dari waktu…
Candung, 2007
RAMHI FATHIAH adalah santri kelas VI (Enam) dari pesantren yang di dirikan oleh Inyiak Candung (MTI CANDUNG) dan saat ini masih mengasah diri untuk tetap berkarya dan menghabiskan waktunya merenungkan apa yang pantas di ekspresikan melalui kata-kata. Masih terbilang tanggung bagi seorang Rahmi untuk menguluti fenomena politik, kehidupan dan ekspresi rohani, tetapi melalui karyanya ini--beliau sanggup mendefenisikan dirinya sebagai pembangkang terhadap penyimpangan yang terjadi. Sajak-sajaknya ini tergolong populis dengan hujaman kata-kata yang lugas membuat realitas yang disunguhkannya hidup dan bergerak.